Sabtu, 07 Juli 2012

INFO TOKOH: " Riwayat Hidup Bung Karno-Masa Kecil " Soekarno dilahirkan ketika menjelang fajar menyingsing di Jalan Pandean IV/40, Peneleh, Surabaya pada hari Kamis Pon tanggal 6 Juni 1901 dengan nama lengkap Kusno Sosro Soekarno. Ayahnya bernama Raden Soekemi Sosrodihardjo seorang guru sekolah yang berasal dari Tulungagung dan Ibunya Ida Ayu Nyoman Rai yang berasal dari Singaraja –Bali . Soekarno adalah anak setelah kakaknya yang bernama Sukarmini, Pada masa kanak-kanak ia hidup di asuh neneknya yang bertempat tinggal di Tulungagung. Dalam pergaulan dengan kawan-kawanya ia terkenal sebgai seorang jagoan dan waktu kanak-kanak pun ia dicintai dan disegani oleh teman-temanya. Sedang kesukaan yang begitu mendarah daging ialah menonton wayang. Dalam pertunjukan wayang ia selalu tertambat oleh adanya cerita-cerita yang melukiskan semangat kepahlawanan, sehingga kalau ceritanya disenangi semalam suntukpun tidak akan tidur. Salah satu contok perwatakan yang di idolakannya adalah tokoh BIMA atau Werkudoro. Setelah berusia 6 tahun Soekarno dimasukkan sekolah desa di Tulungagung oleh neneknya. Disekolah ia tidak termasuk murid yang pandai, sebab ia pemalas mengulang dan menghafal dan yang diingat selalu wayang saja. Tidak lama bersekolah di Tulungagung. Setelah Ayahnya dipindah dari Surabaya ke Sidoarjo dan memperoleh kenaikan pangkat sebagai Mantri guru, meminta SoeSoekarno kecil dipindahkan sekolahnya ke Sidoarjo juga. Disini ia meneruskan pelajarannya di rumah Perguruan Angka Dua dibawah pendidikan ayahnya sendiri. Jauh dari kakeknya Hardjodikromo, kesehatan Soekarno kembali terganggu. Ada-ada saja penyakitnya silih berganti antara mejen (disentri), meriyang (panas dingin, malaria) dan sekujur tubuhnya dipenuhi bisul. Kakeknya di Tulungagung yang mendengar kabar cucunya Soekarno sakit-sakitan, segera mengingatkan bahwa Soekarno dan kakak perempuannya Soekarmini yang juga berbadan kurus harus di-ruwat. Menurut kakek Hardjodikromo, Soekarmini dan SoeSoekarno itu hanya dua bersaudara, yang justru seorang perempuan dan seorang lagi laki-laki, yang dalam istilah kejawen disebut kedono-kedini. Menurut kepercayaan masyarakat Jawa tradisional, Kedono-kedini ini akan menjadi makanannya Betara Kala. Karena itu menjadi keharusan keduanya harus di-ruwat atau dakan istilah lain di kiasin. Demikianlah, maka kedua saudara Soekarmini dan Soekarno pun menjalani upacara ruwatan. Kakek nya menanggap wayang kulit. Tentu saja Soekarno sangat senang...Ia bisa lagi bergembira dengan teman-temannya yang sudah ditinggalkan beberapa waktu sejak ia pindah sekolah di Sidoarjo. Percaya atau tidak, sejak saat itu Soekarmini dan Soekarno tidak lagi mengalami sakit-sakitan. Bersamaan dengan itu, ayahandanya, Raden Soekemi Pangkatnya dinaikkan lagi. Ia diangkat menjadi mantri guru kelas satu, dan dipindahkan ke Mojokerto. Kehidupan mereka dulu berkekurangan kini mulai membaik. Soekarno pun ikut pindah dan bersekolah di sekolah yang dipimpin ayahnya. Di bawah bimbingan ibunya dan dalam pengawasan ketat ayahnya, pelajaran Soekarno mulai maju. Dan menjadi murid terkemuka di Mojokerto. Bukan saja dalam pelajaran sekolah, tetapi Soekarno selalu tampil sebagai pemimpin di antara teman-temannya. Ketika usianya 12 tahun dan duduk di kelas enam dan keinginannya sendiri untuk maju, ia di pindahkan ke Europeesche Lagere School (ELS). Di sekolah khusus bagi anak-anak Eropa ini Soekarno diterima di kelas V. Ternyata otaknya memang betul-betul encer. Ia biasa mengikuti semua pelajaran dengan mudah. Selain gemar menggambar, ia menyukai ilmu berhitung dan ilmu bahasa. Selain pelajaran sekolah, ia mengambil sendiri les Bahasa Perancis. Guru yang memberinya les bahasa Perancis sangat mengagumi kemajuan Soekarno yang dengan cepat dapat menguasai bahasa itu. Saat-saat ini yang patut di catat sebagai saat dimana mulai berkobar semangat Soekarno menuju pada suatu cita-cita mulia di kemudian hari. Serasa ada api yang menyala dalam kalbunya yang kemudian menjadikan dirinya sebagai Bung Karno pemimpin pergerakan rakyat. Ketika di Lagere School, Soekarno bercampur dengan murid-murid kulit putih, kalau ada orang Indonesia yang berkulit sawo matang merupakan keganjilan, apalagi ia bukan anak golongan ningkrat atau anak priyayi besar, sehingga dalam pergaulan sehari-hari ia selalu tertekan oleh keadaan dan perlakuan dari anak-anak orang Belanda.. Bila perbedaan ini semakin dibesar-besarkan oleh kedua belah pihak, maka tidaklah heran apabila anak-anak lalu menggunakan aturan nya sendiri, yaitu cekcok dan bentrokan yang lantas berujung menjadi perkelahian. Tidak jarang ia dibantu teman-teman Tionghwa-nya seperti Oen Bo Hin, The Thiam Bouw dan lain-lain teman sekelas. Disini Soekarno berada pada posisi mempertahankan diri dan derajatnya, mengamuk bagai banteng bermata merah. Soekarno pada masa kanak-kanak termasuk anak yang suka bergaul dengan anak-anak sebayanya dan orang lain yang melarat, terhadap anak- anak atau orang lain yang ini dia menaruh sangat belas kasihan, Pada waktu di Mojokerto, tidak jauh dari rumahnya, ia mengenal seorang yang bernama Wagiman. Ia seorang petani yang hidupnya selalu berkekurangan, dinding dan atap rumahnya penuh lobang. Pada musim kemarau nampak langit, tetapi di musim hujan bale-bale (dipan) dan tikar buntutnya kebanjran air hujan. Hidup Wagiman hanya dari hasil sawahnya yang tidak bisa mencukupi kebutuhan hidupnya dan istrinya. Bisa dibilang makan sering hanya satu kali sehari.. Bahkan tidak jarang periuk nasinya tengkurap beberapa hari. Artinya, tidak ada sesuatu yang dimasak untuk dimakan. Pakaiannya penuh tambalan. Wagiman adalah gambaran rakyat yang penghidupannya melarat dengan penuh penderitaan. Terhadap Wagiman ini Soekarno sangat menaruh belas kasihan dan sayang bukan main pada Wagiman, lebih dari kepada saudaranya sendiri. Dengan kakak perempuannya sendiri, Soekarno sering cekcok. Keduanya sering bertengkar, sehingga ibunya sering mengurut dada. Tapi dengan Wagiman, ia begitu sangat akrab. Bila Soekarno pulang dari sekolah, ia selalu kerumah Wagiman dan berbaring berdua di bale-bale rumah Wagiman diatas tikar dan bantal yang satu, sambil mendengarkan dongeng Wagiman tentang kisah cerita wayang kegagahan dan keteguhan sang Werkudara/Bima, kesabarannya Dharmakusuma, kecerdikannya Kresna, kecantikannya Sembadra, kegarangannya Srikandi, dan kelucuan Punakawan (Ki Lurah Semar, Gareng, Petruk, Bagong). Manakala Soekarno tidak nampak sehari, Wagiman pasti mencarinya kerumah Soekarno. Kalau sudah bercerita berdua, Soekarno sudah asyik mendengar dongeng Wagiman sampai sore hari. Tidak jarang Wagiman baru pulang jauh malam, karena Wagiman pun merasa bahwa di dunia ini hanya satu sobatnya, yaitu Soekarno, yang waktu itu baru berusia 14 tahun. Ada hal yang sambil santai sering ditanyatakan oleh Soekarno kepada Wagiman yaitu ; “ Kenapa engkau begitu melarat, Wagiman? Jawabnya : “Kaum Pendawa kan melarat hidupnya “. “ Ya meski melarat tidak sampai semelarat engkau, sehingga berpakaian robek-robek “ Setelah itu Soekarno berkata : “ Meskipun demikian asal hatimu tidak robek-robek “. Disinilah, bermulanya hingga anak bermata bundar dan bercahaya bagai bintang ini tertanam dalam pikirannya bahwa dimuka bumi ini ada satu kaum yang perlu diperjuangkan nasibnya yaitu kaumnya Wagiman. SUMBER: www.nasionalis.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar