Jumat, 06 Juli 2012

INFO KESEHATAN: " APA ITU AIDS DAN GEJALANYA ? " Jika sistem kekebalan tubuh kita menjadi lemah dan lebih banyak sel-sel limfosit T kita yang dirusak oleh virus, maka tubuh kita tidak lagi mampu melawan infeksi. Di saat itulah kita akan menjadi sakit parah. Orang disebut menderita AIDS jika jumlah sel limfosit T nya sangat rendah dan menunjukkan gejala infeksi yang serius atau gejala penyakit infeksi oportunistik atau kanker tertentu akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh yang diakibatkan oleh infeksi HIV itu. AIDS merupakan stadium akhir dari infeksi HIV. AIDS pada umumnya berujung pada kematian. Secara klinis, seseorang didefinisikan mengidap AIDS jika hitungan sel CD4+ limfosit T <200/mm3 atau di bawah 14%, atau jika terkena satu macam atau lebih infeksi oportunistik. Definisi di atas adalah definisi dari CDC (Centers for Disease Control and Prevention) di Amerika Serikat. Sistim CDC untuk menyatakan stadium-stadium penyakit HIV dan saat timbulnya AIDS telah mengalami revisi berulang kali. Revisi terakhir yang dilakukan pada 1993 berdasarkan kondisi klinis yang berhubungan dengan HIV dan hitungan sel CD4+ T cell seperti tertera di atas. Sel CD4 yang juga disebut sel T Pembantu (T helper cell) adalah jenis sel darah putih atau limfosit yang merupakan bagian yang penting dari sistem kekebalan tubuh kita. Gejala HIV dan AIDS Banyak orang tidak merasa berbeda setelah terinfeksi dengan HIV. Bahkan, banyak yang tidak mengalami gejala apa-apa selama bertahun-tahun. Maka tak sedikit orang yang tertular HIV tetapi tidak menyadarinya. Ada juga yang mengalami gejala flu yang berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu setelah terjadi penularan, namun yang biasanya terjadi ialah gejala seperti itu hilang setelah beberapa hari. Pada umumnya, orang yang terinfeksi HIV pada suatu saat akan mulai merasa sakit. Pada saat jumlah sel limsofit T sudah sangat rendah, maka penderita menjadi rentan terhadap berbagai penyakit yang bisa mengancam hidupnya. Misalnya, banyak penderita AIDS yang mengalami paru-paru basah yang mengakibatkan batuk parah dan kesulitan bernafas. Ada yang jaringan lymphanya membengkak, ada yang mengalami turun berat badan, demam yang kadang-kadang muncul, infeksi di dalam mulut, diare, atau merasa capai tanpa sebab secara terus menerus. Lambat laun, virus akan menyerang semua organ tubuh, termasuk mata, organ pencernaan, ginjal, paru-paru dan otak, sehingga penderita menjadi sulit berpikir dan menjadi pelupa. Ada juga yang terkena penyakit kanker kulit yang langka. Orang yang terkena HIV disebut HIV+ (HIV positif). Tapi perlu waktu beberapa tahun sebelum HIV menguasai cukup banyak sel limfosit T yang ada di dalam tubuh, sebelum orang yang terinfeksi HIV menjadi sakit dan menuju ke tahap AIDS. Sekitar 10% orang yang terkena HIV akan berlanjut ke tahap AIDS dalam waktu 2 atau 3 tahun. Mereka ini disebut Rapid Progressors. Sekitar 60% orang dewasa/remaja yang terkena HIV akan berlanjut ke tahap AIDS dalam waktu 12-13 tahun. Mereka disebut Slow Progressors. Sekitar 5 sampai 10% orang yang terkena HIV tidak menunjukkan gejala apa-apa dan sel CD4 nya akan tetap stabil setelah 8 sampai 15 tahun terkena HIV. Mereka disebut Non Progressors. Sekitar 10 sampai 17% tidak berlanjut ke tahap AIDS 20 tahun setelah tertular HIV. Siapa Bisa Tertular HIV? HIV tidak memilih korbannya. Artinya, semua orang bisa tertular HIV. Bahkan bayi bisa lahir dengan HIV jika ibunya HIV-positif. Tetapi ada hal-hal tertentu yang bisa meningkatkan risiko kita terkena HIV dan oleh karenanya perlu kita hindari, yaitu: Berhubungan sex (melalui vagina atau anus) ataupun melakukan sex oral tanpa menggunakan pengaman (kondom atau dam dari latex). Menyuntik narkoba dengan memakai jarum suntik bergantian dengan orang lain. Menerima transfusi darah yang terkontaminasi Menjalani tindakan medis, tattoo atau akupunktur dengan menggunakan peralatan yang terkontaminasi. Ada satu hal lagi yang sangat berpotensi menularkan HIV kepada kita tetapi jarang sekali terpikirkan oleh kita, yaitu kemungkinan pasangan kita melakukan (pernah melakukan) perilaku berisiko. Bagaimana jika ia terkena HIV lalu menularkan virus maut itu kepada kita? Penelitian memang menunjukkan bahwa pemakaian kondom, terutama secara konsisten, lebih sulit dilakukan antar pasangan yang telah terikat dalam hubungan yang "serius" atau telah menikah. Di sinilah terjadi celah yang sangat rawan untuk masuknya HIV ke dalam kehidupan kita, karena jarang terpikirkan oleh kita untuk mengetahui status HIV pasangan kita. Bahkan, seringkali, kita tidak tahu status HIV kita sendiri. Mengenai transfusi darah, jika kita memerlukannya transfusi darah, sebaiknya kita pastikan bahwa darah yang akan kita terima itu bebas HIV. Artinya, pastikan bahwa darah yang akan kita terima itu telah lulus bukan saja Tes Antibody HIV tetapi juga NAT (Nucleic-acid Amplification Test), khususnya Tes PCR RNA karena jika darah itu disumbangkan oleh orang yang baru saja tertular HIV (orang yang berada pada “masa jendela”) maka Tes Antibody kemungkinan besar akan menunjukkan hasil yang negatif padahal orang itu telah tertular HIV dan viral load yang ada di dalam darahnya justru sangat tinggi sehingga sangat, sangat menular. Hanya dengan melihat seseorang kita tidak bisa tahu apakah orang itu mengidap HIV atau tidak. Bahkan, seperti disebut di atas, kita bisa mengidap HIV tetapi kita sendiri tidak mengetahuinya - sampai suatu saat kita menjadi sakit parah sehingga sudah dalam keadaan sangat sulit ditolong. Satu-satunya cara kita bisa segera mengetahui status HIV kita ialah dengan melakukan Tes HIV. Karena orang yang terkena HIV seringkali tidak menunjukkan gejala apa-apa, maka sangat penting kita menghindari melakukan sex tanpa pengaman dengan orang yang tidak kita ketahui status HIVnya. HIV tidak bisa ditularkan melalui ciuman, pelukan, sentuhan, bersin, batuk atau sendok/garpu atau toilet yang bekas dipakai oleh orang yang HIV-positif atau dengan melakukan olah raga bersama dengan orang yang HIV-positif. Belum ada penelitian yang membuktikan bahwa HIV bisa ditularkan melalui air liur, keringat atau air mata. Nyamuk atau serangga juga tidak bisa menularkan HIV. Etiologi AIDS muncul pertama kali di Amerika Serikat pada tahun 1981. Saat itu, CDC menemukan pneumonia yang disebabkan oleh Pneumocystis carinii pada lima pria homoseksual di Los Angeles dan Sarcoma kaposi pada 26 pria homoseksual di New York dan Los Angeles. Namun sebetulnya, kasus AIDS pertama (yang telah diteliti kebenarannya) terjadi di sebuah klinik IMS di Kinshasa, Zaire (dulu bernama Congo), pada tahun 1959 walaupun hal ini baru diketahui/dikonfirmasi pada tahun 1998 saat berkasnya dianalisa. Pada tahun 1983, HIV berhasil diisolasi oleh Luc Montagnier, seorang ilmuwan Perancis, dan pada 1994 dipastikan sebagai penyebab penyakit AIDS. Berdasarkan pertemuan International Committee on Taxonomy of Viruses, WHO memberi nama resmi virus ini Human Immunodeficiency Virus (HIV). Di Indonesia, kasus AIDS pertama kali diakui secara resmi pada tahun 1987, pada diri seorang turis yang meninggal di Bali pada bulan April tahun itu. Menurut Stranas 2007-2010, dalam waktu kurun 10 tahun pertama, jumlah kasus HIV dan AIDS masih rendah, tetapi sejak akhir 2002 terlihat kenaikan yang sangat tajam. Di beberapa daerah pada sub-populasi tinggi, angka prevalensi sudah mencapai 5%. Maka Indonesia termasuk kelompok negara dengan epidemi“terkonsentrasi”. Estimasi kasus HIV & AIDS pada tahun 2006 diperkirakan mencapai 169.000 – 216.000, tetapi jumlah kasus yang dilaporkan ternyata jauh di bawah angka itu. Hal ini menunjukkan a.l. bahwa upaya surveilans belum menyeluruh dan adanya stigma yang melekat erat pada penyakit HIV&AIDS. Stigma ini mengakibatkan diskriminasi terhadap orang-orang yang hidup dengan HIV (ODHA) dan menimbulkan rasa malu/enggan/takut bukan saja di kalangan ODHA sendiri tetapi juga di antara mereka yang menduga dirinya telah tertular HIV atau yang sekedar ingin tahu status HIVnya, sehingga tidak berani datang ke klinik VCT dan melakukan Tes HIV. Sedangkan yang tahu dirinya positif seringkali tidak mengungkapkannya kepada orang lain, termasuk kepada pasangannya sendiri, sehingga mata rantai penularan terus berlangsung. Juga, karena adanya stigma itu, banyak yang tidak melaporkan kasus HIV maupun AIDS yang diketahuinya, termasuk dirinya sendiri. Epidemiologi Hampir 65 juta orang telah terinfeksi HIV di seluruh dunia, 25 juta di antaranya telah meninggal dunia, menurut data USAID tahun 2005. Dengan kata lain 8,500 orang meninggal dunia tiap harinya. Dewasa ini, lebih dari 60% dari orang yang HIV positif di dunia tinggal di Afrika sub-Sahara. Menurut laporan Depkes pada akhir September 2007, DKI Jakarta merupakan propinsi dengan kasus AIDS terbesar di Indonesia, yaitu 2849, disusul oleh Jawa Barat, Papua, Jawa Timur dan Bali. Tetapi Papua adalah propinsi dengan rate kumulatif AIDS tertinggi di negeri ini, yaitu 68.86 per 100.000 penduduk, yang merupakan 1ebih dari 15 kali angka nasional. Propinsi DKI Jakarta, Kepulauan Riau dan Bali secara berurutan menunjukkan rate kumulatif tertinggi lainnya setelah Papua. Cara penularan kasus AIDS kumulatif yang dilaporkan melalui penasun (IDU) ialah 54,67%, heteroseksual 40,43% dan perinatal 2,59%. Data hasil surveilans sentinel Departemen Kesehatan terakhir menunjukkan telah terjadi peningkatan prevalensi HIV positif pada sub-populasi berperilaku berisiko, di kalangan Penjaja Seks (PS) tertinggi 23%, di kalangan Penasun 48% dan pada penghuni Lembaga Pemasyarakatan sebesar 68%. Distribusi usia penderita AIDS pada 2006 memperlihatkan tingginya persentase jumlah usia muda dan jumlah usia anak. Penderita dari golongan usia 20-29 tahun mencapai 55%, dan bila digabung dengan golongan usia sampai 49 tahun, maka angka mencapai 89%. Persentase anak 5 tahun ke bawah mencapai 1%. Diperkirakan pada 2006, sebanyak 4360 anak tertular HIV dari ibunya yang HIV positf dan separuhnya telah meninggal. Bila upaya penanggulangan tidak ditingkatkan, para ahli epidemiologi memproyeksikan bahwa pada tahun 2010 jumlah kasus AIDS di Indonesia akan menjadi 400.000 orang dengan kematian sebanyak 100.000 orang dan pada tahun 2015 menjadi 1.000.000 orang dengan kematian 350.000 orang. Bayi yang tertular dari ibunya diperkirakan mencapai 38.500 orang. Namun menurut sejumlah pakar maupun aktivis HIV/AIDS, angka-angka di atas kemungkinan besar telah tercapai, mengingat banyak kasus HIV/AIDS yang tidak dilaporkan dan banyak orang yang mengidap HIV/AIDS yang tidak mengetahuinya. ( Sumber : KPA. Provinsi Nusa Tenggara Timur ) By : Herry F.F. Battileo Berita terkait: SERANGAN JANTUNG AKIBAT DARI KESEDIHAN Mon, 25 Jun 2012 16:02:50 PM RSU KUPANG DIDORONG JADI RUMAH SAKIT VERTIKAL Fri, 22 Jun 2012 03:30:59 AM MAKANAN ALAMI YANG BIKIN PRIA ‘PERKASA’ Mon, 28 May 2012 00:51:19 AM KESEHATAN PERLU DIPERHATIAKN LEBIH SERIUS Tue, 01 May 2012 02:04:21 AM KEMATIAN IBU MASIH DIDOMINASI FAKTOR PERDARAHAN Mon, 30 Apr 2012 08:22:32 AM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar